Selasa, 11 Januari 2011

Antara Hubungan Etnis,Budaya Dan Psikologi

Budaya dan etnis adalah dua hal yang sangat erat kaitannya,tdk dapat di pisahkan satu dengan lainnya,karena setiap kelompok masyarakat memiliki kebiasaan yang di sebut Budaya dan setiap Budaya pasti memiliki etnis tertentu sebagai ciri dari sekumpulan budaya tersebut

sebagai contoh budaya yang multikultur : budaya Barongsai tiap Imlek dari Etnis Tionghoa,atau Budaya Harakiri untuk mengakui kesalahannya dan mati dalam keadaan terhormat dari etnis Jepang kuno (seppu ku,istilah dalam bahasa Jepang)

Budaya & etnis dalam negeri pun bisa menjadi sebuah patokan bahwa dimanapun kita berada kita selalu menjunjung tinggi nilai nilai budaya sebagai ciri suatu bangsa yang di kenal oleh Dunia,misalnya Bali yang terkenal di seluruh dunia dengan Pulau Dewata,tari kecaknya,tanah Lot,pantai Kuta,Pura Besakih,Bedugul dan dengan segala keunikan budaya yang tentu saja tidak lepas dari etnisitas masyarakat Bali khususnya.
Etnisitas inilah yang seakan mematenkan segala keunikan budaya khas di Bali yang tidak dapat di tiru kecuali penduduk asli suku Bali...apakah itu...??

Ngaben misalnya....
Tionghoa juga mirip dengan Ngabennya Bali,tapi jika Tionghoa menghormati Leluhurnya dgn menabur abu sisa pembakaran mayat di Laut lepas,tidak demikian dengan Bali yang menyisakan tulang belulang dan  tengkorak untuk di semayamkan secara terbuka di pemakaman laksana bukit tengkorak di Trunyan tepatnya...

Mirip juga dengan Rambu solo di Tator Makassar....
Namun di tator mayat2 tidak di bakar,mereka justru meletakan mayat mayat ini di dinding  batu,sebagai bentuk penghormatan kepada orang orang yang sudah mendahului mereka...

Terlepas dari semua bentuk keunikan etnis dan budaya,kita kembali kepada falsafah hidup yang melihat manusia sebagai wujud utuh mahluk yang hidup saling ketergantungan dan saling bersinergi mengadaptasikan segala perbedaan di antara mereka menjadi satu kesamaan prinsip,aturan,adat dan perilaku positif lainnya...
Intinya Budaya dan etnis yang di anut oleh masing masing kita adalah deskripsi sempurna untuk menilai perilaku  individu dan  kelompok masyarakat tertentu... 
Tentunya dari sudut pandang Psikologis kita menilai etnis dan budaya sebagai kesatuan utuh yang mampu  membentuk tiap pribadi sesuai dengan maskot Budaya ataupun etnis yang di anut individu tersebut...

Saya orang Manado,terbiasa hidup dalam lingkungan masyarakat yang "Ramai" (brisik) bila berbicara dengan orang lain,berbeda dengan Lenny dan Indri yang orang sunda yang terbiasa berbicara lemah lembut...
toh ketika harus ketemu dalam satu kelas di kampus,menjadi sahabat,tidak lantas membuat hidup kita harus saling memaksakan kebiasaan yang sudah melekat pada masing masing pribadi,Leny tidak harus seperti saya atau saya harus seperti Leny dan Indri yang berbicara lemah lembut untuk menyesuaikan perbedaan ini...
 
Karena secara Psikologis kita menilai utuh setiap orang,entah dia orang Batak,orang Madura dsb bila dia memiliki kepribadian yang supel,cerdas,ramah dan baik tutur katanya walau kesannya "Ramai",kita akan tetap menerima dia bukan sebagai si Batak atau Madura...tapi sebagai Sahabat...